Dengan semangat kebersamaan, kita bangun SD Marsudirini menjadi tempat belajar yang nyaman dan mengasyikan untuk anak-anak kita tercinta.

Tuesday, September 28, 2010

Ikuti Impianmu (oleh Jack Canfield)

Monty Roberts, teman saya, memiliki perternakan kuda di San Ysidro. Ia memperbolehkan saya menggunakan rumahnya untuk mengadakan acara pengumpulan dana. Ketika berada di acara tersebut, Monty memperkenalkan saya kepada para calon donatur dengan berkata,” Saya ingin menjelaskan mengapa saya mengijinkan Jack menggunakan rumah saya untuk acara ini. Semua ini berawal dari cerita tentang anak seorang pelatih kuda dari keluarga yang kurang mampu. Ayahnya pergi dari kandang kuda ke kandang kuda, gelanggang pacuan kuda ke gelanggang yang lain, perkebunan ke perkebunan, tanah pertanian ke tanah pertanian, untuk melatih kuda-kuda, sehingga pendidikan anak tersebut sering terganggu.

Ketika ia duduk di bangku sekolah dasar, ia mendapat tugas untuk menulis karangan mengenai cita-citanya jika sudah besar. Malam itu, ia menulis karangan sebanyak tujuh halaman. Dalam karangannya, ia menceritakan cita-citanya bahwa suatu hari nanti ia akan memiliki tanah peternakan kuda. Ia menulis impiannya dengan sangat rinci, ia menggambar sebuah denah lahan peternakan seluas 80 hektar. Ia kemudian juga menggambar denah rumah seluas 372 m2 yang akan dibangun di tanah peternakan impiannya tersebut. Dalam denah tersebut digambarkan juga letak bangunan, kandang kuda serta gelanggan ggelanggangnya. Anak itu begitu jatuh hati terhadap proyek tersebut.

Keesokan harinya ia menyerahkan karangannya kepada gurunya. Dua hari kemudian, karangan tersebut dibagikan kembali, dihalaman muka karangan tersebut tertulis huruf “F” dengan warna merah, dan tertulis juga kata-kata ”Temui Ibu setelah kelas usai.” Anak dengan impiannya itu menemui guru setelah kelas usai dan bertanya ,” Mengapa saya mendapat nilai begitu buruk?”
Guru tersebut berkata,” Yang kamu tulis adalah impian yang mustahil untuk diwujudkan oleh anak kecil seperti kamu. Kamu berasal dari golongan kurang mampu, tidak mempunyai penghasilan dan uang yang memadai. Impianmu untuk memiliki peternakan kuda membutuhkan uang yang tidak sedikit, kamu harus membeli tanah, membeli persediaan makanan untuk pengembangbiakan, serta kamu juga harus membayar ongkos pengiriman kuda-kuda. Tidak ada yang dapat kamu lakukan.” Kemudian gurunya menambahkan,” Jika kamu menulis ulang karangan dengan cita-cita yang lebih realistis, saya akan mempertimbangkan kembali nilaimu.”

Anak itu pulang ke rumahnya dan berpikir keras siang dan malam mengenai apa yang dikatakan
gurunya. Ia bertanya kepada ayahnya apa yang harus dia perbuat. Ayahnya berkata,” Anakku, kamu harus memutuskan masalah ini sendiri. Namun, ayah pikir ini adalah keputusan yang sangat penting untuk dirimu sendiri.

“Akhirnya, setelah memikirkan selama seminggu penuh, anak itu memberikan karangan yang sama kepada gurunya, tanpa ada perubahan sama sekali. Dia berkata,” Ibu boleh memberi saya nilai merah, tetapi saya tetap memegang teguh impian saya.”

Monty kemudian kembali berkata kepada calon donatur tersebut,”Saya menceritakan cerita ini karena anda semua sekarang duduk di rumah seluas 372 m2 ditengah 80 hektar peternakan kuda saya. Saya
masih memiliki tugas karangan tersebut yang kini telah dibingkai dan digantung di atas perapian.” Dia menambahkan,” Bagian yang paling indah dari kisah ini adalah ketika dua tahun yang lalu, guru yang saya ceritakan tadi membawa 30 anak untuk berkemah selama seminggu di tanah peternakan ini. Sebelum pulang guru tersebut berpamitan, ia berkata,” Monty, saya ingin menyampaikan sesuatu. Ketika saya masih menjadi gurumu, saya adalah perampas impian. Selama bertahun-tahun, saya telah mencuri begitu banyak impian anak-anak. Untungnya kamu mempunyai keberanian untuk tidak menyerahkan impianmu.”

Jangan pernah membiarkan seorang pun mencuri impianmu. Ikuti kata hatimu, apapun yang terjadi.



No comments:

Post a Comment